[Review Anime] Hanayamata

Searah jarum jam dari kiri atas: Machi, Tami, Hana, Yaya - Tengah: Naru

Basic Information: http://anidb.net/perl-bin/animedb.pl?show=anime&aid=10351



Ngelantur Sebentar:

ハナヤマタ; Hanayamata; And The Flower, As Well.
Judul yang terasa antik bin nyentrik karena menggunakan full katakana.

Anget, nyep nyess, lalu jedhuarrr... turunlah hujan kelopak-kelopak bunga di segala penjuru. Begitulah kira-kira deskripsi keseluruhan untuk anime ini XP~

Udah baca first impression-nya? Nggak yakin mau nonton ini? Saya harus katakan...

...bertobatlah!



Sinopsis:

Seorang gadis normal berusia 14 tahun, Sekiya Naru, selalu mengagumi cerita-cerita dongeng, khususnya para tokoh utamanya, dan selalu berharap agar bisa hidup di dunia yang indah seperti mereka.

Suatu hari, keinginannya terwujud. Hana N. Fountainstand, bule mungil dari Amerika yang baru saja pindah ke Jepang, menariknya dari dunia yang biasa-biasa aja ke "dunia yang lain". Ya, ke dunia tarian yosakoi.

Seiring waktu, tiga orang melengkapi duet Hana-Naru. Si tsundere cerdas Sasame Yaya, sang putri kelas atas Nishimikado Tami, dan si kacamata yang tegas Tokiwa Machi.

Dan inilah mereka:

HaNaYaMaTa - Hana, Naru, Yaya, Machi, Tami.

Lima puspa, lima cerita, satu irama. Menari dalam harmoni, menemukan jati diri.
"Lihat saja, kami akan menaklukkan DUNIA!"


Review:


Di first impression, cukup banyak kritikan yang saya berikan untuk episode 1 dan 2. Tapi, sebagian besar terbayar lunas oleh kelebihan-kelebihan yang ditonjolkan seiring serial berjalan. Para staff-nya sukses menjungkirbalikkan banyak hal dan membuat saya berubah pikiran.

Apa aja kelebihannya?
"Cepetan ah reviewnya, jangan bawel melulu... muuuuu~"

Gerakan jebret pertama - Eksekusi!

Awalnya, saya berharap anime ini akan menonjolkan sisi budayanya secara detail. Ternyata... tidak. Lantas, apakah hal itu jelek?

NO!

Eksekusi yang matang sanggup bikin saya nggak mikirin lagi soal latar belakang dan segala hal teknis mengenai yosakoi. Kalo boleh saya katakan, anime ini serupa K-On! dengan aura yang sedikit lebih serius. Ganti tema musik modernnya dengan yosakoi, bumbui sedikit tarik ulur emosi, dan... jebreeeettt... jadilah Hanayamata yang sukses membuat saya tersenyum di setiap episodenya (dan sesekali mata berair).

Lalu, apakah ini cuma anime moeblob semata?

NO!

Jujur, saya memang bisa menyukai anime-anime seperti itu. Tetapi karena saya suka, makanya saya bisa membedakan mana yang sekedar moeblob dan mana yang bukan. Saya harus katakan anime ini JAUH lebih baik. JAUH lebih baik dalam hal ketepatan penempatan segala unsur-unsurnya pada kadar yang berimbang, serta JAUH lebih emosional. Bumbu drama yang dibubuhkan sangat pas untuk mengubah genre hingga JAUH dari kesan moeblob

Format plotnya juga dikemas secara cantik. Permasalahan kelimanya nggak diceritakan sekaligus *blarr bletak jedhuaarrr* gitu, tetapi disusun dalam arc tersendiri untuk tiap karakter. Kalo biasanya saya lebih menghendaki format yang lebih nge-blend (misalnya di anime ini), untuk kali ini saya takluk dan nggak bisa protes. Justru dengan fokus pada satu karakter di satu arc tertentu, jiwa saya bergetar lebih dahsyat. Ibarat kata... nggak mungkin kan, Anda memaksa setiap jenis bunga untuk mekar bersamaan? Tapi di situlah keindahannya! Jika mekar satu demi satu, Anda bisa menikmati semarak warna sepanjang waktu!

Semuanya itu disajikan dengan pace yang pas. Nggak kecepetan, nggak kelambatan. Delicioso~  :3
"Makan dulu, makan." || "Aaaaaaaa..." #groar

Gerakan jebret kedua - Audiovisual!

Kali ini saya menyatukan keduanya karena kalo dipisah ntar kependekan nggak mungkin melihat geraknya ataupun musiknya aja dalam menilai sebuah tarian (yang juga menjadi warna anime ini). Harus terintegrasi. Maka format review pun harus demikian :P

Masalah visual, saya nggak bisa komplain banyak. Scene malam hari yang jadi awal pertemuan Naru dan Hana bener-bener mencengkram kuat di ingatan, nggak bisa saya lupakan hingga saat ini. Meski ada sedikit gangguan di beberapa hal (bentuk mata yang lancip, beberapa inkonsistensi artwork, dan gigi Naru yang mirip banget sama makhluk dari game Kantai Collection - bikin saya selalu keinget makhluk itu setiap kali liat Naru), but overall... secara visual, anime ini terbilang baik di jamannya.

Audio? Apalagi. Saya suka opening  dan ending theme-nya (IMO, opening > ending). Paduan modernitas dan kultural begitu menyatu di kedua lagu, menjadikannya sesuatu yang unik dan nggak pernah saya temui di anime-anime lain. Bahkan opening-nya, Hana wa Odore ya Iroha ni Ho, sukses bertengger di playlist saya~ :3

Masalah seiyuu... to be honest, saya nggak begitu suka suaranya Yaya. Tami was OK. Hana juga bagus (walau tetep seperti kritikan saya di first impression). Suaranya Naru cukup lovable. Tapi... favorit saya di sini adalah Numakura Minami, seiyuu-nya Machi. Entah, saya nggak bisa deskripsikan banyak, yang jelas I love her voice. Kalo denger opening theme versi full-nya, kedengeran banget kalo suaranya adalah yang paling bagus di antara berlima.
Goyang Baaanggg #loh

Gerakan jebret ketiga dan menjadi finishing move yang membuat skor anime ini melejit...

...Development!

Ini gila. LUAR BIASA! Development adalah nyaris segalanya di anime ini.

Tanpa development, anime ini takkan punya cerita yang indah.
Tanpa development, tidak akan ada emotional flow yang nendang.
Tanpa development, karakter-karakternya akan tetap generic
Dan...
Tanpa development, Hanayamata hanyalah seonggok bunga layu!

Faktor ini adalah kekuatan besar dari Hanayamata. Di sini, saya mendapati perubahan-perubahan signifikan pada karakter-karakternya. Dari ngeselin ataupun payah, BERUBAH menjadi sosok-sosok yang kuat. Bagusnya lagi, usia mereka pun disesuaikan, kira-kira tepat pada masa-masa di mana seseorang mulai menyadari identitas diri dan berpikir secara serius, "Akan jadi apa sih diriku nanti?"  Yup, unsur slice of life di sini menyatu sempurna dengan unsur coming of age!

Let's see...
===SPOILER ALERT===

Rose, Sasame Yaya. Tsundere yang selalu menyangka kalau rekan-rekan satu bandnya adalah tempat di mana dirinya harus berada, langsung dibanting habis-habisan begitu gagal dalam audisi band. Udah gagal, ditinggal temen-temennya pula. Namun beruntung, dia masih punya temen dari masa kecilnya, Naru, yang selalu siap mendukung maupun "membentak" dirinya ketika berada dalam masa-masa sulit. Dan akhirnya, dia menyadari siapakah yang benar-benar sahabat.

Lily, Nishimikado Tami. Cewek tajir dan multi-talent yang sudah dianggap Naru sebagai kakak sendiri ini mulai tergoncang ketika dia menyadari bahwa dunia ini bukan hanya tentang ayahnya, ayahnya, dan ayahnya. Jelas, mengambil langkah pertama untuk sesuatu yang baru bukanlah hal yang mudah. Namun setelah diyakinkan oleh Naru, yang sudah meniti langkah lebih dulu, dirinya pun berani melangkah maju untuk satu hal: melakukan apa yang benar-benar dirinya inginkan.

Sunflower, Tokiwa Machi. Gadis berkacamata yang satu ini merupakan karakter paling keras dan dingin di antara berlima... pada awalnya. Sebagai ketua OSIS, tentu dirinya juga harus tahu mengenai kegiatan yosakoi di sekolah, yang dibuat oleh Hana dan Naru. Namun lewat itulah segalanya berubah. Sifat kerasnya itu, yang berasal dari adanya masalah keluarga, perlahan melunak. Bahkan diapun bergabung menjadi anggota terakhir dari klub yosakoi!

Bluestar, Hana N. Fountainstand. Bule cilik yang energik ini adalah pelatuk awal bergeraknya cerita dalam Hanayamata. Lewat sifatnya yang selalu ceria dan agak memaksa, klub yosakoi berhasil didirikan. Keliatannya cewek yang satu ini nggak punya masalah, tetapi itu salah. Permasalahan keluarganyalah yang berhasil memicu sebuah ending arc yang menggugah dan dramatis. Ditarik-tarik antara dua pilihan, keluarga atau yosakoi, membuat keceriaannya luntur. Tetapi berkat kebulatan tekad, pilihannya membawa serial ini pada finale yang memikat.

Dan...  

Our lovely cherry blossom, Sekiya Naru. Satu-satunya karakter yang pada awalnya normal dan biasa-biasa aja, plus sedikit pemalu. Postur nggak semampai, nilai bagus pun tak sampai. Yang bisa dilakukannya cuma berkhayal dan bermimpi, bahwa suatu hari dirinya bisa bersinar layaknya putri-putri dalam dongeng yang disukainya sejak kecil. Hingga dirinya bertemu Hana, sang "peri" yang menariknya dalam yosakoi. Layaknya Tami, Naru pun sempat ragu melangkah. Namun... dia memutuskan untuk mengambil langkah kecil pertamanya karena dia yakin, bahwa dengan langkah kecil itulah dirinya bisa mulai bersinar. Sang sakura tak lagi hanya bisa bermimpi, namun menjadi diri sendiri dalam indahnya yosakoi. :3~

===SPOILER END===

Perkembangan kelimanya terasa cukup natural, sehingga saya pun bisa berempati terhadap SEMUANYA. Saya yakin semua orang pernah melewati fase-fase hidup seperti mereka (cuma nggak sedrama mereka aja). Dan... bisa jadi, Anda sekalian bisa memetik pelajaran dari salah satu atau lebih karakter. d(≧∀≦)
"Siaaappp...?!" #berubaahhh

Dengan kelebihan-kelebihan sehebat itu, apakah anime ini masih punya kelemahan?

Ya!

Pertama, tarikan awalnya kurang greget. Untuk orang-orang yang nggak sabaran, mungkin mereka akan drop anime ini setelah menonton 2 episode awal. Saya rasa adegan indah di awal masih kurang kalo ingin menjerat lebih banyak pemirsa. Untunglah saya termasuk tipe sabar sekaligus gigih. Apapun yang terjadi, kalo udah pilih, tonton sampe abis! Tapi ya gitu, nggak semua layak di-review :P~

Kedua, performance menarinya kurang banyak. Inget, anime ini adalah tentang yosakoi. Memang nggak perlu penjelasan teknis dan sebagainya, tetapi buat saya penampilan tarian mereka secara FULL seenggaknya harus ditambah satu scene lagi.

Ketiga, dan ini salah satu elemen yang cukup mengganggu dari kebanyakan anime ber-genre slice of life: nyaris segalanya (khususnya ending) gampang ketebak! 

"Lho, kalo mau twist, nonton genre lain aja kakak..."

No, saya bukan bicara tentang twist. Saya hanya menginginkan surprising element dalam cerita, bahkan dalam slice of life sekalipun. Nggak perlu yang memeras otak (malah melenceng dari genre ntar), tetapi tetap harus ada sesuatu yang nggak bisa diprediksi. Di anime ini, saya sudah bisa membaca ending-nya akan seperti apa, dan saya yakin Anda semua juga bisa karena sudah TERLALU jelas (meski tetap indah).

Saya sering sekali membandingkan anime-anime slice of life dengan, IMO, anime slice of life terbaik sepanjang sejarah saya jadi otaku: T.H.I.S. Serial itu malah lebih parah lambatnya (meski saya bisa menikmati), Hanayamata masih jauh lebih natural untuk setting dunia modern. Tapi! Serial tersebut punya elemen-elemen alamiah (jika dibandingkan dengan setting dunianya) yang sukses bikin saya tepuk tangan karena mencengangkan sekaligus membahagiakan. Sementara anime ini... nggak. All was predictable. Untunglah eksekusi elemen-elemen lainnya mampu menutupi hal ini. Tapi jika ada elemen kejut, mungkin skor untuk Hanayamata bisa saya tambah 0.2-0.4 lagi!
KAMI ADALAH SUPER SENTAI PEMBASMI KEJAHATAN! #eh #ngaco


---------------



Rating:

9.2/10 (A+ rank) untuk Hanayamata karena eksekusinya yang elegan, visual yang indah, musik-musik hybrid tradisional-modern yang keren, dan development yang memaksimalkan gejolak emosi dan charm karakter-karakternya. d(≧∀≦)b

Direkomendasikan bagi para pecinta slice of iife, juga penikmat anime yang fokus pada perkembangan karakter-karakternya untuk menjadi lebih baik.
The flowers are smiling.

***

[Review Anime] Hanayamata
Join This Site Show Conversion CodeHide Conversion Code Show EmoticonHide Emoticon

Please comment with polite